Tanda Titik (.)
1.
Dipakai pada akhir singkatan nama
orang.
Contoh : Irwan S. Gatot
Apabila
nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh : Dwiki Halla
2. Dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh : Saya suka
makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
3. Dipakai pada singkatan kata atau
ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf
atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh : dll. (dan lain-lain)
4.
Dipakai pada
akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Contoh
: Dr. (doktor)
5.
Dipakai untuk memisahkan angka jam,
menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh : Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
6.
Dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh : Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
7.
Tidak
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh : Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
8.
Tidak
dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh : DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
9.
Tidak
dipakai dalam singkatan lambang kimia,
satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Contoh : Cu (tembaga)
10. Tidak dipakai
pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel,
dan sebagainya.
Contoh: Latar Belakang Pembentukan
Tanda Koma (,)
1.
Dipakai
di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh : Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum
"dan"]
2. Dipakai
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya,
yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh : Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3.
Dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk
kalimatnya.
Contoh : Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mengiringi induk kalimat.
Contoh : Saya tidak akan datang kalau hari hujan
4.
Dipakai di belakang kata atau
ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di
dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
Contoh : Oleh karena itu, kamu harus datang.
5.
Dipakai di belakang kata-kata
seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh : O, begitu.
6.
Dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh : Kata adik, "Saya sedih sekali".
7.
Dipakai di antara (i) nama dan
alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh : Medan, 18 Juni 1984
8.
Dipakai
untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh : Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta:
PT Wikipedia Indonesia.
9. Dipakai
di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh : I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia,
1990), hlm. 22.
10. Dipakai
di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh : Rinto Jiang, S.E.
11. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh : Rp 10,50
12. Dipakai
untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh : pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
13. Dipakai
untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
Contoh : Dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
14. Tidak
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
contoh : "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen
Tanda
Titik Koma (;)
1.
Dipakai
untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh : Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Dipakai
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai
pengganti kata penghubung.
Contoh : Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran pilihan pendengar.
Tanda
Titik Dua (:)
1.
Dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh : Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
2. Dipakai
sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh :
Ketua :
Axel
Wakil Ketua : Putri
3. Dipakai
dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh :
Andre
: "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Jeane : "Siap, Boss!"
4. Dipakai
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam
kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh : Tempo, I (1971), 34:7
5. Dipakai
untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh : Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
6. Tidak
dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh : Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tanda
Hubung (-)
1. Menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Contoh : anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
2. Menyambung huruf kata yang dieja
satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh : p-e-n-g-u-r-u-s
3. Dipakai
untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
ber-evolusi
dengan be-revolusi
4.
Dipakai untuk merangkaikan (a) se-
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan
angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh : se-Indonesia
5.
Dipakai untuk merangkaikan unsur
bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh : di-charter
Tanda Pisah (-)
1.
Dipakai di antara dua bilangan atau
tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti
'ke', atau 'sampai'.
Contoh : 1919–1921
2.
Tidak
dipakai bersama perkataan dari dan antara,
atau bersama tanda kurang (−).
Contoh : dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
Tanda Elipis (…)
1.
Dipakai
dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh : Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2.
Menunjukkan
bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya
dalam kutipan langsung.
Contoh : Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Tanda Tanya (?)
1.
Dipakai pada akhir tanya.
Contoh : Kapan ia berangkat?
2.
Dipakai di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Contoh : Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Tanda Seru (!)
1.
Dipakai sesudah ungkapan atau
pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh : Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
Tanda Kurung ((…))
1.
Mengapit
keterangan atau penjelasan.
Contoh : Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas
dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2.
Mengapit keterangan atau penjelasan
yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh : Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada)
membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
3.
Mengapit
huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh : Pembalap itu berasal dari (kota) Medan
4.
Mengapit
angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat,
dan (c) promosi.
Tanda Kurung Siku ([…])
1.
Mengapit
huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan
atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh : Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.
Mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh : Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
Tanda Petik (“..”)
1.
Mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh : "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
2.
Mengapit judul syair, karangan, atau
bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh : Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari
Suatu Tempat.
3.
Mengapit istilah ilmiah yang kurang
dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh : Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat"
saja.
4.
Mengikuti
tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh : Kata Tono, "Saya juga minta satu."
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1.
Mengapit petikan yang tersusun di
dalam petikan lain.
Contoh : Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
2.
Mengapit
makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh : feed-back 'balikan'
Tanda Garis Miring (/)
1.
Dipakai di dalam nomor surat dan
nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim.
Contoh : No. 7/PK/1973
2.
Dipakai sebagai pengganti kata tiap,
per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh : Harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
3.
sebaiknya
tidak dipakai sebagai pengganti kata atau
Tanda Penyingkat (Apostrof)(‘)
1.
Menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun.
Contoh : Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)