Sabtu, 14 November 2015

ABSTRAK dan DAFTAR PUSTAKA


Abstak atau Abstraksi merupakan suatu ringkasan yang lengkap dan menjelaskan keseluruhan isi tulisan ilmiah dengan penyajian yang singkat dan teliti. Abstrak menyajikan gambaran poin-poin penting mengenai isi tulisan atau penelitian yang dibuat. Panjang dari suatu abstrak umumnya dibatasi dari 200 sampai 300 kata. Dapat dikatakan sebagai abstrak bila memiliki sifat diantarannya adalah tulisan harus ringkas, jelas, tepat, berdiri sendiri, objektif, informatif, dan juga deskriptif . Adapun format penulisan abstrak adalah sebagai berikut

1.      Awal kalimat merupakan kata benda.
2.      Terdiri dari 250 kata, diluar kata depan dan kata sambung.
3.      Dalam bentuk satu paragraph.
4.      Menggunakan spasi 1.
5.      Menggunakan huruf Times New Roman berukuran 12 pt.
6.      Terdapat kata kunci yang terdiri dari 5 kata dan
      disusun secara alphabet.
7.      Ditulis sebelum bab pendahuluan.
8.      Rata kiri-kanan.

Contoh format penulisan abstrak yang masih kosong :


Contoh format penulisan abstrak yang telah diisi :



Dari contoh penulisan abstrak tersebut, kita mengetahui keyword yang terdapat dalam tulisan tersebut adalah Php dan MySql.

Definisi daftar pustaka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit dan sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau buku, dan disusun menurut abjad. Dalam penulisan daftar pustaka, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah

1.      Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan penunjukan referensi
      pada bagian pokok tulisan ilmiah.
2.      Ditulis menurut kutipan-kutipan.
3.      Menggunakan nomor urut, jika tidak dituliskan secara alfabetik.
4.      Nama pengarang asing ditulis dengan
      format : nama keluarga, nama depan.
      Nama pengarang Indonesia ditulis normal :
      nama depan + nama keluarga.
5.      Gelar tidak perlu disebutkan.
6.      Setiap pustaka diketik dengan jarak satu spasi (rata kiri),
      tetapi antara satu pustaka dengan pustaka lainnya
      diberi jarak dua spasi.
7.      Bila terdapat lebih dari tiga pengarang, cukup ditulis pengarang
      pertama saja dengan tambahan ‘et al’.
8.      Penulisan daftar pustaka tergantung jenis informasinya yang
      secara umum memiliki urutan sebagai berikut :
      Nama Pengarang, Judul karangan (digarisbawah / tebal / miring),
      Edisi, Nama Penerbit, Kota Penerbit, Tahun Penerbitan.

Contoh format penulisan Daftar Pustaka :


REFERENSI :


KUTIPAN


Salah satu contoh kutipan dari orang ternama, Prof. Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie

Kutipan merupakan pinjaman pendapat dari seseorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik yang terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah. Kutipan berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapat dari penulis.

Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Sebaliknya, kutipan tidak langsung adalah pinjaman pendapat seseorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari dari pendapat tersebut.

Berikut adalah ketentuan-ketentuan dalam menggunakan kutipan :

a.       Jika nama pengarang ditulis sebelum bunyi kutipan, ketentuannya
      sebagai berikut. Buatlah dahulu pengantar kalimat yang sesuai dengan
      keperluan, kemudian tulislah nama akhir pengarang, berikutnya
      cantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor
      halaman di dalam kurung, kemudian isi kutipan ditampilkan.

Contoh :

Menurut Soebronto (1990:123) mengatakan, ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar.


b.      Jika nama pengarang dituliskan sesudah bunyi kutipan, ketentuannya
      sebagai berikut. Buatlah dulu pengantar kalimat yang sesuai dengan
      keperluan, isi dari kutipan, kemudian tulislah nama akhir pengarang,
      berikutnya cantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di
     dalam kurung, dan akhirnya diberi titik.

Contoh :

Lebih tegas lagi, dikatakan bahwa amoniak dikirimkan secara kontinu untuk memenuhi keperluan PT. Petro Kimia Gresik dan diekspor ke Filipina, India, Thailand, Korea Selatan, dan Jepang (Subandi, 1987:40).


c.       Untuk acuan dengan dua pengarang,cantumkanlah nama akhir kedua
      pengarang, jika lebih dari dua orang pengarang, gunakanlah
      singkatan dkk (dan kawan kawan) sesudah
      nama pengarang yang pertama.

      Contoh :
     
     Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi rangkaian pertanyaan
     tentang suatu hal (Sumardjan dan Koentjaraningrat, 1997:63)

d.      Jika beberapa pengarang yang diacu bersama nama-nama pengarang
      dan tahun terbit buku itu ditulis dalam satu kurung.
      Tanda titik koma (;) digunakan untuk memisahkan nama
      satu pengarang dengan pengarang lainnya.

Contoh :

… dalam pembangunan ekonomi (Rahman, 1997:8; Anwar, 1979:10, Wirawan, 1989:12).


e.       Jika pustaka acuan tidak mempunyai tahun terbit,
      tuliskan tanpa tahun di dalam kurung sesudah
      penyebutan nama pengarang.

Contoh :

… dana moneter internasional (Wardhana, tanpa tahun:117).

Kutipan Langsung

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengutipan secara langsung, diantaranya adalah sebagai berikut

a.       Kutipan langsung tidak lebih dari empat baris ditempatkan dalam
      teks dan diapit tanda petik dengan jarak yang sama dengan baris
      dalam teks yaitu dua spasi.

Contoh :

Bachtiar (1978:76) berpendapat,  “Para anggota birokasi itu sesungguhnya diatur oleh lebih dari satu system budaya”.


b.      Kutipan langsung yang terdiri dari lima baris atau lebih ditempatkan
      dibawah baris terakhir teks yang mendahuluinya, dengan
      jarak 2.5 spasi. Kutipan tersebut tanpa tanda petik dengan
      jarak satu spasi.

Contoh :

Selanjutnya, Suhono (1985:43) menyebutkan jenis dan ciri-ciri ular sebagai berikut :

Di pulau Jawa dikenal 110 jenis ular, baik yang berbisa
maupun yang tidak berbisa. Ular berbisa dengan taring
di muka  berjumlah 30 jenis, 18 jenis diantaranya terdiri
atas ular-ular laut. Hingga kini didapatkan 12 ular
berbisa yang hidup di darat.


c.       Jika sumber acuan dalam bahasa asing, sebaiknya bagian yang dikutip diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia sebagai kutipan tidak langsung. Jika terpaksa harus dikutip langsung, pernyataan bahasa asing itu digarisbawahi atau diketik dengan huruf miring jika menggunakan computer.

Contoh :

Pengaruh sastra dalam kehidupan manusia seperti terlihat dalam pernyataan William (1977:2) “The analogy between woman and the earths as sources of life has always inspired the myth and poem of men …

Kutipan Tidak Langsung

Dalam kutipan tidak langsung, inti atau sari pendapat itu yang dikemukakan.  Sebab itu kutipan boleh menggunakan tanda petik. Kutipan tersebut diintegrasikan dengan jarak teks antara baris dua spasi.
Dalam Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan disebutkan bahwa “unsur pinjaman yang pengucapan dam penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya”[1]

1 Dendy Sugiono (Penangg.Jwb). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hlm. 23
Contoh kutipan disertai dengan catatan kaki.

Dalam Tata Bahasa Baku Indonesia disebutkan bahwa :
Ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tepat. Baku atau standar tidak bisa berubah setiap saat. Kaidah pembentukan kata yang menerbitkan perasaan dan perumusan dengan taat asas haris menghasilkan bentuk pengrajin dan perusak dan bukan pengrajin atau perusak.[2]

2 Anton Moeliono (ed). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 1988). hlm. 13


REFERENSI :
RUMPUNNEKTAR

Jumat, 13 November 2015

PERENCANAAN PENULISAN KARANGAN ILMIAH



Penulisan karangan ilmiah merupakan laporan tertulis dan dipublikasikan yang memaparkan hasil penelitian baik dilakukan oleh individu atau kelompok. Dalam membuat tulisan ilmiah, terdapat beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Pemilihan Topik

Langkah pertama ialah menentukan topik atau tema apa yang akan dijadikan sebagai tulisan karya ilmiah. Ini adalah tahap awal sekaligus dasar dari tulisan yang akan dibuat. Melalui topik, kita dapat memperluas tulisan dan membatasi pada bagian yang tidak diperlukan. Pemilihan topik tersebut dapat berdasarkan dari pengalaman, pengamatan, pendapat dan khayalan dari sisi penulis.
Mungkin sebagian dari kita, bingung untuk menentukan topik yang menarik. Ada beberapa ciri yang dapat dikatakan sebagai topik yang menarik, diantaranya adalah

a.       Pemilihan topik merupakan masalah yang menyangkut
persoalan bersama.
b.      Merupakan jalan keluar dari suatu persoalan yang tengah
dihadapi.
c.       Mengandung konflik pendapat.
d.      Masalah yang dikaji hendaknya dapat diselesaikan dalam
waktu yang disediakan.
e.       Topik yang dikaji hendaknya mengandung manfaat untuk
menambah ilmu pengetahuan.

Pembatasan Topik

Langkah kedua ialah menentukan pembatasan topik. Topik yang hendak ditulis, sebaiknya tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit. Lalu bagaimana kita mengetahui pembatasan topik yang tepat ? Caranya adalah sebagai berikut :

a.       Tetapkan topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
b.       Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam
 kedudukan sentral tersebut masih dapat dirinci lebih lanjut ?
 Bila dapat, tempatkanlah rincian tersebut sekitar
 lingkaran topik pertama.
c.       Tetapkanlah dari rincian tersebut mana yang akan dipilih.
d.      Mengajukan pertanyaan, apakah sektor tersebut masih
dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.

Dengan demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat khusus dan cukup sempit.

Pemilihan Judul  

Setelah kita telah memilih topik dan pembatasan topik, tahap selanjutnya ialah pemilihan judul. Judul yang akan kita pilih dalam sebuah tulisan, akan mewakili garis besar dari inti tulisan. Oleh karenanya pemilihan judul tidak boleh berbeda jauh dari inti tulisan, dan sebaiknya gunakan judul yang menarik untuk lebih menimbulkan ketertarikan dari pembaca. Penulisan untuk judul haruslah berupa frasa dan bukan kalimat.

Menentukan Tujuan Tulisan 

Langkah selanjutnya ialah menentukan tujuan tulisan. Tujuan tulisan tersebut ditujukan agar pembaca dapat mengambil kesimpulan dari penulis secara garis besar. Gunakanlah kalimat sederhana namun memiliki arti yang luas. Sebagai contoh, tujuan menulis “Untuk melaporkan tempat-tempat yang berpotensi bagi pembangunan pabrik baru”. Penulisan tujuan tersebut boleh saja digunakan namun terlalu umum atau memiliki penjabaran yang luas. Bandingkan dengan, penulisan judul sebagai berikut, “Menghadirkan kelebihan-kelebihan Chicago, Minneapolis, dan Salt Like City sebagai lokasi yang berpotensi bagi pembangunan pabrik sehingga atasan dapat memilih lokasi yang terbaik. Tujuan tulisan tersebut dapat menuntun anda dalam seluruh proses penulisan.

Menentukan Kerangka Karangan

Sampailah kita ditahap yang kelima yakni menentukan kerangka karangan. Penentuan kerangka karangan, digunakan sebagai acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi terurut dan teratur dalam memaparkan atau menganalisa masalah. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda, menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih, mencari data-data atau fakta –fakta untuk memperjelas pendapat dan menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.

Langkah-Langkah Penulisan Ilmiah

Tahap terakhir dari perencanaan penulisan karangan ilmiah ialah langkah-langkah penulisan ilmiah. Langkah-langkah penulisan ilmiah secara sistematis dan objektif sebagai berikut

a.      Melakukan observasi dan menetapkan masalah dan tujuan.

b.      Menyusun hipotesis.

c.       Menyusun rancangan penelitian.

d.      Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang
direncanakan.

e.       Melaksanakan  pengamatan dan pengumpulan data.

f.       Menganalisis dan menginterpresentasikan data.

g.      Merumuskan kesimpulan atau teori.

h.      Melaporkan hasil penelitian.


REFERENSI :
KOMPASIANA
POSTINGAN ALL BLOG


r

Senin, 12 Oktober 2015

EYD DAN TANDA BACA


A. EYD

Ejaan adalah keseluruhan peraturan mengenai bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan hubungan antara lambing-lambang itu. Ejaan membicarakan tentang penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca. Macam-macam perubahan bentuk ejaan sampai saat ini : 

1.      Ejaan Van Ophujsen ( Nama seorang guru Belanda yang meminati bahasa ) tahun 1901 
2.      Ejaan Soewandi ( Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia ) tahun 1947 
3.      Ejaan Melindo ( Melayu – Indonesia ) 
4.      Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) diresmikan tanggal 16 Agustus 1972

Perbedaan antara Ejaan Van Ophujsen dan Ejaan Soewandi sebagai berikut,

Ejaan Van Ophujsen 

1.      Huruf J untuk kata : sajang, bajang, pajah, dll 
2.      Huruf oe untuk kata : goeroe, boekoe, dll 
3.      Tanda diakritik berbentuk koma ain untuk kata : ta’, pa’

Contoh kata yang memakai ejaan van ophujsen seperti Khoesoes, Djoem’at, Ja’ni, Pajoeng, Goeroe

Ejaan Soewandi 

1.      Huruf oe berubah jadi u : buku, saku, guru, dll 
2.      Tanda diakritik berubah menjadi k, seperti : tak, pak 
3.  Awalan dan kata depan di & ke ditulis serangkai / digabungkan dengan kata yang mengikutinya 
4.      Angka 2 dipakai untuk pemakaian kata ulang

Contoh kata yang memakai ejaan soewandi seperti Chusus, Djum’at, Jakni , Pajung, Guru

Hal yang ditekankan pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah 
1.      Pemakaian huruf 
2.      Penulisan huruf 
3.      Penulisan kata 
4.      Penulisan unsur serapan 
5.      Pemakaian tanda baca / pungtuasi


B.  PERBEDAAN EJAAN LAMA DAN BARU

Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan Lama, antara lain : 

1.      “ tj ”  menjadi c   : tjutji à cuci 
2.      “ dj “ menjadi j    : djarak à jarak 
3.      “ j “   menjadi y   : sajang à saying 
4.      “ nj “ menjadi ny : njamuk à nyamuk 
5.      “ sj “  menjadi sy : sjarat à syarat 
6.      “ ch “ menjadi kh : achir à akhir

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan didalam EYD, antara lain : 

-         Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya. 

-         Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata furqan, dan xenon. 

-         Awalan “di-” dan kata depan “di” dibedakan penulisannya. Kata depan “di” pada contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara “di-“ pada dibeli atau dimakan ditulis serangkaiandengan kata yang mengikutinya. 

-          Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka 2 tidak digunakan sebagai penanda perulangan.

C.  TANDA BACA DAN FUNGSINYA
            
Tanda baca adalah tanda-tanda yang dipakai didalam sistem ejaan. Tiap tanda baca memiliki fungsi yang tidak sama. Fungsi tanda baca secara umum adalah untuk menjaga keefektifan komunikasi. Setiap tanda baca mempunyai aturan penggunaan dan fungsinya sendiri yang tidak dapat diganggu gugat. Penggunaan yang salah akan jenis tanda baca menyebabkan kericuhan dan mengganggu kelancaran komunikasi. Penggunaan tanda baca telah diatur secara baku dalam kamus besar bahasa Indonesia. Macam-macam fungsi tanda baca adalah sebagai berikut


Tanda Titik (.) 

1.      Dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh : Irwan S. Gatot

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh : Dwiki Halla 


2.      Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh : Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.

3.    Dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh : dll. (dan lain-lain)

 4.      Dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Contoh : Dr. (doktor)

5.      Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh : Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)

6.      Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh : Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

7.      Tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh : Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.

8.      Tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh : DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

9.      Tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Contoh : Cu (tembaga)

10. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh: Latar Belakang Pembentukan

Tanda Koma (,)

1.      Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh : Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum "dan"]

2.      Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh : Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

3.      Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh : Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

Tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh : Saya tidak akan datang kalau hari hujan

4.      Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh : Oleh karena itu, kamu harus datang.

5.      Dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh : O, begitu.

6.      Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh : Kata adik, "Saya sedih sekali".

7.      Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh : Medan, 18 Juni 1984

8.      Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh : Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.

9.      Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh : I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.

10. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh : Rinto Jiang, S.E.

11. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh : Rp 10,50

12. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh : pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.

13. Dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh :  Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.

14. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
contoh : "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen

Tanda Titik Koma (;)

1.      Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh : Malam makin larut; kami belum selesai juga
.

2.      Dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh : Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

Tanda Titik Dua (:)

1.      Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh : Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari
.

2.      Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh :
Ketua                  : Axel
Wakil Ketua       : Putri

3.      Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh :
Andre       : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Jeane        : "Siap, Boss!"

4.      Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh : Tempo, I (1971), 34:7

5.      Dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh : Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.

6.      Tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh : Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Tanda Hubung (-)

1.      Menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh : anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

2.      Menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh : p-e-n-g-u-r-u-s

3.      Dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi

4.      Dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh : se-Indonesia

5.      Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh : di-charter

Tanda Pisah (-)

1.      Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh : 1919–1921

2.      Tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).
Contoh : dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65


Tanda Elipis (…)

1.      Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh : Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

2.      Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh : Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Tanda Tanya (?)

1.      Dipakai pada akhir tanya.
Contoh : Kapan ia berangkat?

2.      Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh : Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).

Tanda Seru (!)

1.      Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh : Alangkah mengerikannya peristiwa itu!

Tanda Kurung ((…))

1.      Mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh : Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.

2.      Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh : Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.

3.      Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh : Pembalap itu berasal dari (kota) Medan

4.      Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.


Tanda Kurung Siku ([…])

1.      Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh : Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2.      Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh : Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

Tanda Petik (“..”)

1.      Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh : "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

2.      Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh : Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

3.      Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh : Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

4.      Mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh : Kata Tono, "Saya juga minta satu."

Tanda Petik Tunggal (‘…’)

1.      Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh : Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

2.      Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh : feed-back 'balikan'

Tanda Garis Miring (/)

1.      Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh : No. 7/PK/1973

2.      Dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh : Harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)

3.      sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau

Tanda Penyingkat (Apostrof)(‘)

1.      Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh : Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)

REFERENSI